EPL info

PRIMERA DIVISION info

ISL info

BUNDESLIGA info

SERIE A info

Minggu, 09 Mei 2010

ARTI KEHIDUPAN MANUSIA

Memahami Arti Kehidupan Dunia

Yang termudah untuk membentuk kesabaran, khususnya dalam menghadapi petaka dan bencana ialah dengan memahami hakekat kehidupan dunia. Kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal abadi, tetapi medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan. Manusia diciptakan untuk diuji agar lulus memasuki kehidupan abadi di akherat, menempati sorga dan terbebas dari neraka.Apabila seseorang benar benar menyadari hal tersebut dia tidak akan terkejut bila tertimpa musibah. Sebaliknya apabila seseorang membayangkan kehidupan dunia sebagai jalan yang mulus, datar dan dikelilingi bunga-bunga dan wangi semerbak, maka bila ditimpa sedikit kesulitan saja dia terperangah, terperanjat, gelisah, kehilangan akal dan tak tahu harus kemana berpegangan.Al Qur'an menjelaskan bahwa kehidupan dunia penuh kesulitan dan kepayahan. Firman Alloh SWT, yang artinya : "Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam susah payah". (Al Balad : 4)Al Qur'an juga menjelaskan tentang keadaan alam dan nasib manusia yang selalu berubah ubah dan tidak pernah selamanya stabil. hari ini mungkin kebahagiaan beserta kita, tetapi siapa mengira esok hari bencana derita dan duka nestapa menimpa kita.Firman Alloh SWT, yang artinya : "Jika kami (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Alloh membedakan orang orang yang beriman (dengan orangorang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Alloh tidak menyukai orang orang yang zalim." (Ali Imraan: 140).Allah SWT menciptakan kehidupan dunia ini bercampur antara kesenangan dan kesusahan, antara kenikmatan dan penderitaan, antara hal hal yang disenangi dan yang dibenci. Tidak akan ditemui suka tanpa duka, atau kesehatan tubuh tanpa penyakit atau istirahat penuh tanpa lelah, atau pertemuan tanpa perpisahan atau keamanan tanpa ketakutan.Karena jika demikian bertentangan dengan kaidah dan hukum alam (sunnatuloh) dan peranan manusia didalamnya. Itulah yang disadari dan diyakini para 'arif, sastrawan dan penyair sejak zaman dahulu. Mereka banyak berbicara dan menulis syair serta puisi. Ali bin Abi Tholib ra diminta melukiskan kehidupan dunia, dia berkata : "apa yang harus saya gambarkan tentang tempat pemukiman yang dimulai dengan tangisan, ditengahnya penuh kelelahan dan akhirnya pemusnahan."Abdullah Ibnu Mas'ud ra berkata: "Tiap kesenangan pasti disertai kesusahan dan tiada rumah tangga dipenuhi kebahagiaan kecuali dipenuhi pula kesedihan".Ibnu S'iriin berkata : Tiada ketawa selalu kecuali sesudahnya (datang) tangisan".Wallahu'alam bish showabdari buku : Al Qur'an Menyuruh Kita Sabar : DR. Yusuf Qordhowi  

Arti Kehidupan Dunia

Yang termudah untuk membentuk kesabaran, khususnya dalam menghadapi petaka dan bencana ialah dengan memahami hakekat kehidupan dunia. Kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal abadi, tetapi medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan. Manusia diciptakan untuk diuji agar lulus memasuki kehidupan abadi di akherat, menempati sorga dan terbebas dari neraka.
Apabila seseorang benar benar menyadari hal tersebut dia tidak akan terkejut bila tertimpa musibah. Sebaliknya apabila seseorang membayangkan kehidupan dunia sebagai jalan yang mulus, datar dan dikelilingi bunga-bunga dan wangi semerbak, maka bila ditimpa sedikit kesulitan saja dia terperangah, terperanjat, gelisah, kehilangan akal dan tak tahu harus kemana berpegangan.
Al Qur'an menjelaskan bahwa kehidupan dunia penuh kesulitan dan kepayahan. Firman Alloh SWT, yang artinya : "Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam susah payah". (Al Balad : 4)
Al Qur'an juga menjelaskan tentang keadaan alam dan nasib manusia yang selalu berubah ubah dan tidak pernah selamanya stabil. hari ini mungkin kebahagiaan beserta kita, tetapi siapa mengira esok hari bencana derita dan duka nestapa menimpa kita.
Firman Alloh SWT, yang artinya : "Jika kami (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Alloh membedakan orang orang yang beriman (dengan orangorang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Alloh tidak menyukai orang orang yang zalim." (Ali Imraan: 140).
Allah SWT menciptakan kehidupan dunia ini bercampur antara kesenangan dan kesusahan, antara kenikmatan dan penderitaan, antara hal hal yang disenangi dan yang dibenci. Tidak akan ditemui suka tanpa duka, atau kesehatan tubuh tanpa penyakit atau istirahat penuh tanpa lelah, atau pertemuan tanpa perpisahan atau keamanan tanpa ketakutan.
Karena jika demikian bertentangan dengan kaidah dan hukum alam (sunnatuloh) dan peranan manusia didalamnya. Itulah yang disadari dan diyakini para 'arif, sastrawan dan penyair sejak zaman dahulu. Mereka banyak berbicara dan menulis syair serta puisi. Ali bin Abi Tholib ra diminta melukiskan kehidupan dunia, dia berkata : "apa yang harus saya gambarkan tentang tempat pemukiman yang dimulai dengan tangisan, ditengahnya penuh kelelahan dan akhirnya pemusnahan."
Abdullah Ibnu Mas'ud ra berkata: "Tiap kesenangan pasti disertai kesusahan dan tiada rumah tangga dipenuhi kebahagiaan kecuali dipenuhi pula kesedihan".
Ibnu S'iriin berkata : Tiada ketawa selalu kecuali sesudahnya (datang) tangisan".
Wallahu'alam bish showab

dari buku : Al Qur'an Menyuruh Kita Sabar : DR. Yusuf Qordhowi

Tuhan-Tuhan yang Populer

a. Harta atau Duit Sebagai IlahTuhan lain atau "tuhan tandingan", yang paling populer di zaman modern ini ialah duit, karena ternyata memang duit ini termasuk "ilah" yang paling berkuasa di dunia ini. Di kalangan orang Amerika terkenal istilah "The Almighty Dollar" (Dollar yang maha kuasa). Memang telah ternyata di dunia, bahwa hampir semua yang ada di dalam hidup ini dapat diperoleh dengan duit, bahkan dalam banyak hal harga diri manusia pun bisa dibeli dengan duit.Cobalah lihat sekitar kita sekarang ini, hampir semuanya ada "harga''-nya, jadi bisa "dibeli" dengan duit. Manusia tidak malu lagi melakukan apa saja demi untuk mendapat duit, pada hal malu itu salah satu bahagian terpenting dari iman. Betapa banyak orang yang sampai hati menggadaikan negeri dan bangsanya sendiri demi mendapat duit. Memanglah "tuhan" yang berbentuk duit ini sangat banyak menentukan jalan kehidupan manusia di zaman modern ini.Pada mulanya manusia menciptakan duit hanyalah sebagai alat tukar untuk memudahkan serta mempercepat terjadinya perniagaan. Maka duit bisa ditukarkan dengan barang-barang atau jasa dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, duit juga disebut sebagai "harta cair" (liquid commodity). Kemudian, fungsi duit sebagai alat tukar ini menjadi demikian efektifnya, sehingga di zaman ini, terutama di negeri-negeri yang berlandaskan materialisme dan kapitalisme, duit juga dipakai sebagai alat ukur bagi status seseorang di dalam masyarakat.Kekuasaan, pengaruh, bahkan nilai pribadi seseorang diukur dengan jumlah kekayaan (asset)-nya. Prestasi pribadi seseorang pun telah diukur dengan umur semuda berapa ia menjadi jutawan. Semakin muda seseorang mendapat duit sejumlah sejuta dollar dianggap semakin tinggi nilai pribadinya. Umpamanya, ketika penulis sedang mengetik naskah edisi baru ini (di Ames, Iowa, USA, awal Ramadhan 1406/ May 1986), di dalam siaran TV diumumkan, bahwa Michael Jackson mendapat piagam kehormatan tertinggi (Golden Award) sebagai "seniman" penyanyi termuda (di bawah 30 tahun) yang terhebat, karena ia berhasil mendapat kontrak sejumlah 15 juta dollar untuk menyanyikan lagu "Pepsi Cola" di dalam siaran-siaran TV dan radio selama tiga tahun. Jadi ia berpenghasilan 5 juta dollar setahun dalam masa tiga tahun mendatang ini; kira-kira 20 x gaji presiden Amerika Serikat (Ronald Reagen) pada masa yang sama. Kehidupan dan gaya hidup orang-orang yang banyak duit ini di USA sengaja ditonjolkan melalui program yang periodik di TV (The Lifestyles of the Rich and Famous).b. Takhta Sebagai Ilah"Tuhan tandingan" kedua yang paling populer ialah pangkat atau takhta, karena pangkat ini erat sekali hubungannya dengan duit tadi, terutama di negeri-negeri yang sedang berkembang. Pangkat atau takhta bisa dengan mudah dipakai sebagai alat untuk mendapat duit atau harta, terutama di negeri-negeri di mana kebanyakan rakyatnya masih berwatak "nrimo", karena belum terdidik dan belum cerdas. Apalagi, kalau di negeri itu kadar kebebasan mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan, masih rendah.Di negeri-negeri yang rakyatnya sudah cerdas, dan kebebasan mengeluarkan pendapat terjamin penuh oleh undang-undang, memang peranan pangkat dan kedudukan tidak mudah, bahkan tidak mungkin dipakai untuk mendapatkan duit/harta. Oleh karena itu, orang-orang yang ikut aktif di dalam perebutan kedudukan yang bersifat politis di negeri- negeri yang sudah maju ini biasanya orang-orang yang sudah kaya lebih dahulu. Mendiang presiden Kennedy, umpamanya, menolak pembayaran gajinya sebagai presiden yang jumlahnya ketika itu 125 ribu dollar setahun, karena ia sudah jutawan sebelum jadi presiden. Ia merebut kedudukan kepresidenan dengan mengalahkan Nixon, ketika itu, karena dorongan rasa patriotiknya, atau mungkin juga demi menjunjung tinggi nama dan kehormatan keluarganya, namun bukan karena menginginkan kekayaan yang mungkin diperoleh dari kepresidenan itu.Jadi, nyata benar bedanya dengan bekas presiden Marcos dan isterinya Imelda, umpamanya, yang telah menjadi kaya raya akibat kedudukannya, karena itu mereka telah bersikeras terus mempertahankan kedudukan itu, walaupun rakyat sudah menyatakan ketidak-senangan mereka kepadanya. Hal ini bisa terjadi di negeri Marcos, karena kecerdasan dan kebebasan rakyatnya masih jauh di bawah kecerdasan dan kebebasan rakyat Amerika Serikat.Contoh-contoh seperti Marcos dan Imelda ini banyak sekali terjadi di negeri-negeri yang sedang berkembang, seperti Tahiti dengan Duvalier-nya, Iran dengan mendiang Syah-nya, dan lain-lain...!Suatu hal yang sangat menarik, karena berhubungan dengan masalah ini, ialah, bahwa Al-Qur'an sudah mengajarkan kepada para Muslim yang benar-benar bertauhid (beriman) agar mereka memilih pemimpin, selain Allah dan Rasul-Nya, hanyalah "orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan membayarkan zakat seraya tunduk hanya kepada Allah." Ayat selengkapnya berbunyi:  "Sungguh, pemimpinmu (yang sejati) hanyalah Allah dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan MEMBAYARKAN ZAKAT, seraya tunduk (patuh kepada Allah)." (Q.5:55) Bukankah yang diwajibkan membayar zakat ini ialah orang yang kaya, atau paling tidak orang yang sudah berkecukupan. Orang yang miskin, dan karena itu tidak mampu membayarkan zakat, walaupun sudah ta'at melakukan sembahyang, belum memenuhi syarat untuk dipilih sebagai pemimpin. Akan terlalu berat baginya mengatasi keinginan melepaskan diri dari tekanan kemiskinan itu, sehingga mungkin ia akan lebih mudah tergoda untuk memperkaya dirinya dahulu, sebelum atau sambil menjalankan tugasnya sebagai pemimpin itu.Sungguh, sangat tinggi hikmah yang terkandung di dalam ayat ini, terutama mengenai masalah memilih atau menentukan pemimpin. Sangat sayang, bahwa kebanyakan ummat Islam pada saat ini belum sempat mencapai tingkat kecerdasan yang memadai untuk memahami dan menghayati kandungan ayat suci ini. Oleh karena itu, ummat ini belum juga berhasil memilih pemimpin mereka sesuai dengan kandungan ajaran Allah ini. Akibatnya, ummat Islam belum mampu mencapai tingkat kemerdekaan (tauhid) yang minimal menurut standard yang dikehendaki al-Qur'an. Benar juga kiranya, jika ada yang mengatakan, bahwa "al-Qur'an masih terlalu tinggi bagi kebanyakan ummat Islam pada masa ini". Dengan perkataan lain, ummat Islam pada masa ini masih terlalu rendah mutunya, sehingga belum pantas untuk menerima al-Qur'an yang mulia itu.Oleh karena itu, kita tak perlu heran jika nilai-nilai dasar dan pokok yang diajarkan di dalam al-Qur'an masih lebih mudah terlihat dipraktekkan di negeri-negeri, yang justru mayoritas penduduknya resmi belum beragama Islam.c. Syahwat Sebagai IlahTuhan ketiga yang paling populer pada setiap zaman ialah syahwat (sex). Demi memenuhi keinginan akan sex ini banyak orang yang tega melakukan apa saja yang dia rasa perlu. Orang yang sudah terlanjur mempertuhankan sex tidak akan bisa lagi melihat batas-batas kewajaran, sehingga ia akan melakukan apa saja demi kepuasan sex-nya.Contoh-contoh dalam sejarah mengenai hal ini cukup banyak, sehingga Allah mewahyukan riwayat yang sangat rinci tentang nabi Yusuf yang telah berjaya menaklukkan godaan sex ini. Nabi Yusuf dipujikan dalam al-Qur'an sebagai seorang yang telah berhasil menentukan pilihan yang tepat ketika dihadapkan dengan alternatif: pilih hidayah iman atau kemerdekaan. Beliau memilih ni'mat Allah yang pertama, yaitu hidayah iman. Dengan mengorbankan kemerdekaannya beliau memilih masuk penjara daripada mengorbankan imannya dengan tunduk kepada godaan keinginan syahwat isteri menteri, majikan beliau.  "Dia (Yusuf) berkata: "Hai Tuhanku! Penjara itu lebih kusukai dari pada mengikuti keinginan (syahwat) mereka, dan jika tidak Engkau jauhkan dari padaku tipu daya mereka, niscaya aku pun akan tergoda oleh mereka, sehingga aku menjadi orang-orang yang jahil." (Q. 12:33). Dari ayat ini jelas betapa hebat tekanan sex pada seseorang yang sehat dan masih remaja seperti Yusuf ketika digoda oleh isteri majikan beliau yang cantik jelita, namun dengan tawhid yang mantap beliau tidak sampai terjatuh ke lembah kehinaan.Sajak "Aku" nya Chairil Anwar yang sudah dikoreksi kiranya dapat dipakai untuk melukiskan pribadi Yusuf AS ini sebagai berikut:  AKUBila sampai waktuku'Kumau tak seorang 'kan merayuTidak juga 'kau.Tak perlu sedu sedan ituAku ini hamba AllahDari gumpalan darahMerahBiar peluru menembus kulitku'Ku 'kan terus mengabdiMengabdi dan mengabdiHanya kepada-MuIlahi Rabbi   Kuliah Tauhid Ir. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim M.Sc. Diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB Bandung, 1400H, 1980 Cetakan 1, 1979, dan cetakan 2 1980 Yayasan Pembina Sari Insan (YAASIN), Jakarta, 1993